Virenial – Pada bulan April tahun 1815, letusan Gunung Tambora yang menyebabkan efek global yang luar biasa terjadi. 68 tahun kemudian terjadi lagi erupsi gunung dengan kekuatan yang dahsyat di tahun 1830, yaitu letusan Gunung Krakatau yang efeknya juga tak kalah luar biasa.
Erupsi Tambora 1815 ini tercatat sebagai letusan gunung paling kuat dalam sejarah di tahun 1800-an. Kekuatan letusannya mencapai level 7 dalam ukuran VEI.
Sebelum letusan hebat pada 1815, Tambora sempat mengalami ketidakaktifan dalam kurun waktu beberapa abad. Oleh karena itu, Tambora dikenal juga sebagai Gunung Berapi ‘Tidur’ yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup.
Letusan Tambora 1815
Pada tahun 1812, kaldera dari gunung berapi Tambora mulai bergemuruh. Hal itu juga menghasilkan awan hitam. Pada 5 April 1815, Gunung Tambora meletus, erupsi pertama itu berlangsung selama dua jam.
Letusan pertama yang terjadi pada 5 April 1815 itu diikuti oleh suara guruh yang sangat menggelegar. Suaranya bahkan terdengar hingga Makassar, Jakarta, hingga Maluku.
Ratusan kilometer kubik gas, debu dan batu dilontarkan selama Tambora erupsi. Pada hari-hari berikutnya, aktivitas Gunung Tambora terus meningkat secara signifikan.
Puncak Letusan Dahsyat Tambora
Puncak dari serangkaian aktivitas vulkanik Gunung Tambora pada tahun 1815 itu terjadi pada pukul 07.00 malam. Tiga lajur api terpancar dan bergabung yang merubah seluruh pegunungan menjadi aliran api.
Hampir seluruh isi perut gunung dimuntahkan oleh Tambora, mulai dari magma, abu yang memancar, dan batuan cair yang menembak ke segala arah.
Hujan batu juga terjadi di area sekitar gunung, batu-batu dengan ukuran diameter 20 cm dilontarkan dan menimpa desa-desa yang ada di sekitar Tambora. Hal ini membuat 3 kerajaan yang berada di lereng Gunung Tambora hancur terkubur material vulkanik akibat erupsi Tambora 1815.
Dahsyatnya letusan Tambora tanggal 10 April 1815 ini bahkan sampai ke Sumatra. Dahsyatnya ledakan menyebabkan hujan abu yang luas. Hujan abu akibat letusan Gunung Tambora ini bahkan menyelimuti Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Tambora juga mengeluarkan volume material vulkanik ke udara mencapai 100-500 kilometer persegi.
Dampak Letusan Tambora 1815
Dahsyatnya letusan Tambora ini tercatat sebagai letusan gunung berapi paling besar dan mematikan. Kekuatan erupsinya berada dalam skala VEI-7, kekuatan letusan Tambora diperkirakan 10 kali lebih kuat dari dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Dengan letusan sebesar itu, erupsi Tambora pada 1815 tentu mengakibatkan efek yang sangat besar pula.
Tercatat, akibat letusan Gunung Tambora menyebabkan terjadinya tsunami yang menerjang berbagai pulau di Indonesia. di wilayah Sanggar tsunami menerjang setinggi 4 meter, di Besuki Jawa Timur tsunami setinggi 2 meter terjadi sebelum tengah malam, juga di Kepulauan Maluku.
Letusan Tambora juga membuat dua per tiga bagian Gunung Tambora hancur. Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.
Memiliki Dampak Global
Letusan Tambora yang begitu besar juga memiliki dampak efek global. Perubahan iklim terjadi secara ekstrem lantaran sulfur dioksida yang turut lepas ke lapisan stratosfer.
Musim semi di Eropa, Amerika dan belahan dunia lain terganggu karena debu-debu dan kandungan yang dibawa tertiup angin ke area tersebut.
Clive Oppenheimer dalam tulisannya berjudul “Climatic, Environmental and Human Consequences of the Largest known Historic Eruption: Tambora Volcano (Indonesia) 1815” menyebut kabut kering terlihat dari timur laut Amerika Serikat.
Hal ini terus berlanjut hingga musim panas 1815. Di belahan bumi utara, terjadi kondisi cuaca ekstrem hingga disebut peristiwa “Tahun Tanpa Musim Panas” pada 1816, karena Eropa menjadi gelap.
Suhu global menurun yang mengakibatkan gagal panen di berbagai belahan dunia. Gagal panen karena suhu dingin dan hujan lebat melanda Inggris dan Irlandia. Kelaparan merata di utara dan barat daya Irlandia karena gagal panen gandum, oat, dan kentang.
Jerman dilanda krisis: harga pangan meningkat akibat kelangkaan. Demonstrasi menjadi pemandangan umum di depan pasar dan toko roti, diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang menjadikan kelaparan terburuk di Eropa pada abad ke 19.
Merujuk penelitian Oppenheimer, jumlah kematian langsung di wilayah sekitar Tambora maupun tidak langsung sebagai dampak luas di seluruh dunia mencapai 71.000 jiwa.
Laporan Anthony Reid saat peringatan 200 tahun meletusnya Tambora menunjukkan angka kematian bahkan mencapai 100.000 jiwa.
Kekalahan Pasukan Napoleon
Secara tidak langsung, letusan Tambora juga mengakibatkan kekalahan Napoleon dan pasukannya dalam pertempuran Waterloo pada Juni 1815.
Cuaca ekstrem yang terjadi akibat letusan Tambora 1815 menyulitkan pasukan Napoleon untuk mengalahkan pasukan Inggris-Belanda-Jerman di bawah Jenderal Wellington dan sekutu Prussia-nya di bawah Feldmarschall Blücher.