Jakarta, Virenial – Pesulap Pak Tarno kembali beraksi setelah mengalami stroke ringan sebanyak empat kali.
Aksi Pak Tarno menjadi sorotan usai menghibur penonton menggunakan kursi roda di sebuah panggung.
Momen tersebut dibagikan akun resmi Pak Tarno dn Koji Management lewat unggahan kolaborasi di media sosial.
Tidak sedikit publik mempertanyakan kondisi kesehatan sang pesulap.
Sebagai informasi, Pak Tarno merupakan pesulap sekaligus pelawak kondang Tanah Air yang sempat berseliweran d telivisi.
Slogan “Bimsalabim jadi apa prok prok prok” populer dan selalu melekat pada dirinya. Kini, dia jarang tampil di layar kaca televisi.
Usut punya usut, Pak Tarno mengidap Stroke. Penyakit itu menyerang bagian kiri tubuhnya.
Kondisi Pak Tarno diungkap sang istri, Dewi.
Untungnya, kesehatannya berangsur membaik karena sudah menjalani beberapa terapi sejak terserang stroke.
“Semacam stroke ringan gitu. Sebelah kiri tubuhnya itu. Iya tidak bisa menekan ketika jalan,” ucap istri Pak Tarno, Dewi dihubungi awak media, Selasa (1/10/2024).
“Sudah mulai oke lagi sudah mulai kerja lagi. Sudah bisa berjalan sedikit-sedikit gitu,” bebernya.
Pak Tarno terserang stroke sejak empat hari lalu, tepatnya tiga hari sebelum video viral itu diambil.
“Sejak 4 hari yang lalu, Di video-video viral itu kan ada acara di Bandung. Nah 3 hari sebelum di Bandung, itu (kena stroke),” beber Dewi.
Meski kondisinya sudah sulit berjalan, Pak Tarno masih tetap bekerja menghibur orang-orang dengan aksi sulap sederhananya.
Dewi mengatakan bahwa saat ini Pak Tarno menggunakan kursi roda untuk bepergian jauh.
“Iya, kursi roda kalau misalnya perjalanan jauh gitu. Iya, pakai tongkat juga” ucap Dewi.
Profil Pak Tarno
Pak Tarno lahir dengan nama Sutarno di Losari, Brebes, pada 6 September 1950. Kini Pak Tarno berusia 74 tahun.
Tidak banyak informasi pribadi mengenainya, namun diketahui Pak Tarno tumbuh dalam masa kecil yang penuh tantangan, terjerat dalam lingkaran kemiskinan setelah kehilangan sang ayah dan ditinggal pergi ibunya yang terpikat oleh seorang pria dari desa lain.
Kehidupan yang sulit ini membuat Pak Tarno kecil mengalami berbagai kesulitan finansial.
Pada suatu waktu, dia bahkan tidak mampu membeli beras dan terpaksa mengandalkan jagung sebagai sumber makanan.
Untuk mengatasi kondisi yang keras, Pak Tarno kecil memutuskan untuk merantau ke Jakarta sendirian pada usia sepuluh tahun.
Perjalanan ini dilakukannya dengan menumpang kereta barang menuju Jakarta. Dalam perjalanan tersebut, dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli tiket penuh, sehingga harus berbagi kereta dengan angkutan kayu dan sapi.
Sesampainya di Jakarta, Pak Tarno memulai perjuangannya dengan berjualan minyak tanah keliling.
Seiring waktu, ia beralih menjadi penjual martabak, yang menjadi jajanan favorit anak-anak.
Dalam menghadapi persaingan, Pak Tarno memiliki strategi unik untuk menarik perhatian anak-anak agar membeli dagangannya. Dia memberikan pertunjukan sulap gratis setelah stok dagangannya habis, menarik banyak perhatian dan menciptakan suasana ceria di sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu, Pak Tarno mendapat kesempatan berharga untuk bergabung dalam ajang pencarian bakat The Master Season 3.
Meskipun tidak meraih gelar juara, prestasinya tetap diakui secara luas, dan ia dianugerahai gelar Master of Traditional Magic oleh Deddy Cobuzier. Pengakuan ini menjadi langkah awal yang penting dalam kariernya di dunia hiburan.