Canberra, Virenial – Kunjungan Raja Charles III ke Australia diwarnai protes keras dari Lidia Thorpe, senator asal Victoria.
Thorpe berteriak “Kau bukan rajaku” di Gedung Pralemen pada 21 Oktober 2024.
Menurut laporan The Guardian, awalnya acara berjalan lancar. Raja Charles dan Ratu Camalia disambut hangan oleh Violet Sheridan.
Namun, suasana berubah ketika Thorpe secara tiba-tiba muncul dan menuduh Raja Charles bertanggung jawab atas genosida dan pencurian tanah masyarakat adat.
Thorpe menuntut pengembalian hak-hak mereka serta adanya perjanjian resmi.
“Anda telah melakukan genosida terhadap rakyat kami.
Berikan apa yang telah Anda curi dari kami tulang-tulang kami, tengkorak kami, bayi-bayi kami, rakyat kami.
Anda telah menghancurkan tanah kami. Berikan kami sebuah perjanjian. Kammi menginginkan sebuah perjanjian,”
Thorpe ditahan oleh petugas keamanan, sementara Raja Charles berbicara dengan Perdana Menteri Anthony Albanese.
Kunjungan ini juga mendapat penolakan dari beberapa kelompok Bangsa Pertama yang menolak monarki Inggris.
Wayne Coco Wharton, yang turut hadir di Canberra, menganggap kunjungan ini sebagai bagian dari “hari perlawanan”.
“Ini adalah perlawanan,” kata Wharton, menyebut dirinya sebagai “musuh atas nama negara-negara berdaulat.”
Wharton juga menekankan bahwa Inggris belum mengakui sejarah kelam dan dampak warisan kolonial mereka.
“Semua kekayaan yang mereka miliki berasal langsung dari pembantaian, perang, dan genosida terhadap Bangsa Pertama,” ujarnya.
Dan ia menegaskan pentingnya pengakuan atas sejarah kelam kolonialisme.
Ia menginginkan Raja Charles untuk menghadapi pengadilan pidana Internasional atas Genosida, namun tidak diizinkan mendekat Raja.
Thorpe yang mewakili Gerakan Berdaulat Blak, menyebut aksinya didukung oleh pemilik adat dan masyarakat Bangsa Pertama di seluruh negeri.
“Raja bukanlah penguasa kami, dia bukan Raja kami. Saya telah meminta pertemuan dengannya, tetapi tidak direspons,” ungkap Thorpe.
Ia mengkritik monarki Inggris yang dianggap telah melakukan invasi dan pencurian tanah masyarakat Aborigin.
“Hari ini saya merasa sudah saatnya berbicara atas nama Gerakan Berdaulat Blak, menyerukan genosida, invasi, serta pencurian tanah, air, dan udara kami oleh Mahkota,” imbuhnya Thorpe.
Meski demikian, tidak semua orang setuju dengan tindakan Thorpe.
Vioet Sheridan, yang menyambut Raja Charles, menilai aksi horpe tidak mewakili rakyat dan tidak tepat dilakukan di acara resmi tersebut.
“Lidia Thorpe tidak berbicara atas nama saya atau rakyat saya, dan saya yakin banyak orang Bangsa Pertama juga merasa demikian.
Tidak pantas untuk melakukan hal seperti itu di tempat dan waktu tersebut,” ujar Violet Sheridan.
Ia menekankan pentingnya persatuan dan dialog untuk generasi mendatang.
“Masih banyak urusan yang belum selesai, tapi saya tidak ingin bersikap negatif.
Mari kita duduk dan berbicara bersama demi generasi mendatang agar mereka membawa penyembuhan.”
Sementara itu, Gerakan Berdaulat Blak, yang dipimpin oleh masyarakat Aborigin, terus memperjuangkan kedaulatan dan keadilan bagi Bangsa Pertama di Australia.