Virenial – Kematian merupakan sebuah kepastian yang pasti dialami oleh tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Bahkan diibaratkan walaupun seseorang mencoba untuk bersembunyi di tempat yang paling aman sekalipun, kematian akan tetap datang menjemput.
Ketika proses keluarnya ruh dari dalam tubuh diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Proses tersebut dikenal sebagai sakaratul maut.
Proses sakaratul maut digambarkan sangat menyakitkan. Bahkan seandainya ada mayit yang dibangkitkan lalu menceritakan rasa sakitnya sakaratul maut kepada penduduk dunia, maka penduduk dunia tidak akan pernah nyaman hidupnya.
Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya”
Allah Subhanahu wa Ta;ala berfirman,
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” [QS. Qaaf ayat 19]
Rasulullah pernah menggambarkan bagaimana rasa sakit seseorang ketika sakaratul maut. Dari Hasan Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Perkiraan besarnya rasa sakit dan nyerinya kematian atas seorang mukmin seperti tiga ratus kali tebasan pedang.”
Penderitaan ketika sedang mengadapi sakaratul maut adalah ketika ruh sudah sampai di kerongkongan. Orang yang sedang sakaratul maut akan merasakan panas yang luar biasa, haus, hingga rasa sakit yang tidak ada tandingannya.
Proses Sakaratul Maut Orang yang Beriman
Meski sakaratul maut digambarkan sangat menyakitkan, namun bagi orang-orang muslim yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan taat kepada-Nya, Rasulullah menggambarkan ruh orang-orang mukmin yang keluar dari jasadnya diibaratkan seperti rambut yang keluar dari adonan tepung.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika malaikat maut diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seorang mukmin, maka ia akan mencabut nyawa orang tersebut dari tempat yang paling mudah. Mulai dari mulut, tangan, kaki, mata, telinga.
Malaikat maut kemudian mendatangi orang mukmin tersebut dan mencoba mencabut ruh dari mulut, namun ketika hendak mencabut ruh orang mukmin tadi dari mulut, keluarlah dzikir dari mulut hamba mukmin tersebut dan berkata kepada malaikat, “Tak ada jalan bagimu dari arah ini, telah lama lisan ini dipergunakan untuk berdzikir kepada Tuhanku.”
Malaikat maut kemudian kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berkata, “Demikian… dan demikian… (menyebutkan apa yang dia alami)”. Kemudian, Allah berfirman, “Cabutlah nyawanya dari arah yang lain.”
Malaikat maut mencoba mencabut nyawa orang mukmit itu dari arah tangannya, lalu keluarlah sedekah dengan berkata, “Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut nyawa, sesungguhnya hamba ini telah menggunakan aku untuk banyak bersedekah, dan menggunakan aku untuk mengusap tangan dan kepala anak yatim, juga menggunakan aku untuk menulis dengan kalam (menulis ilmu), serta memukul (dengan pedang atau membunuh) orang kafir (berjihad di jalan Allah).”
Malaikat Maut mendatangi kakinya, maka kaki itu berkata, “Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut nyawa dari arahku. Sesungguhnya hamba ini menggunakan aku untuk berjalan menuju shalat jamaah dan beberapa shalat hari raya. Juga, untuk mendatangi majelis ilmu dan majelis ta’lim.”
Malaikat maut kemudian beralih pada telinganya. Namun, telinga hamba mukmin itu juga membantahnya, “Engkau pun tak menemukan jalanmu untuk mencabut nyawa hamba ini dari arahku. Karena, sesungguhnya dia menggunakanku untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an, adzan, dzikir, serta ilmu-ilmu Tuhanku yang disampaikan oleh para ulama.”
Kemudian, malaikat mencoba mendatangi mata hamba itu. Kedua mata hamba itu pun sama seperti anggota-anggota yang lainnya dengan berkata, “Tidak ada jalan untukmu dari arah kami, sesungguhnya hamba ini menggunakanku untuk melihat orang tuanya serta untuk melihat wajah orang-orang yang saleh.”
Malaikat maut akhirnya pergi menghadap Allah dan berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu telah berkata demikian… dan demikian…” Allah lalu berfirman, “Tulislah nama-Ku di telapak tanganmu, lalu tunjukkan tulisan tersebut kepada ruh orang mukmin itu. Karena cintanya terhadap nama-Ku itu, niscaya ruh orang mukmin ini akan keluar dengan sendirinya dari mulutnya.”
Demikianlah, dengan berkah Allah akhirnya sang mukmin tidak merasakan pedihnya sakaratul maut. Tidak hanya itu, dia juga akan terhindar dari murka Allah.