Maulid Nabi jatuh pada 12 Rabiul awal yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dapat diisi dengan kegiatan amal saleh sebagai bentuk teladan akhlak mulai beliau.
Lantas, apakah boleh puasa di hari maulid?
Informasi waktu kelahiran Rasulullah SAW bersumber dari hadist yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dan Ibnu Abbas.
Hal ini tercatat dalam Menurut Syekh Shafiyur Rahman Al-Mubarakpuri dalam Sirah Nabawiyah terjemah Abd Hamid.
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
Astinya:”Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun gajah.”
Merujuk Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024 M yang disusun oleh Bimas Islam Kementerian Agama RI. Awal bulan Rabiul Awal 1446 H bertepatan dengan Kamis, 5 September 2024. Untuk itu, Maulid Nabi 12 Rabiul Awal ditetapkan jatuh pada Senin, 16 September 2024.
Meski demikian, muslim yang berpedoman dengan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menetapkan 12 Rabiul Awal 1446 H bertepatan dengan Minggu, 15 September 2024.
Maulid Nabi Boleh Puasa Tidak?
Dilansir dari Hammud bin Abdullah Al-Mathr dalam buku Al Bid’ah wa Al Muhdatsat wa maa Laa Ashla Lahu terjemahan Asmuni, Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin maupun para sahabat tidak pernah mengajarkan amalan khusus pada hari maulid Nabi.
Hal ini berlaku pula untuk amalan puasa khusus pada hari maulid Nabi.
Hukum pengerjaan puasa pada hari maulid Nabi turut dijelaskan dalam mazhab Maliki. Dikutip dari Syekh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 2 terjemahan Umar Mujtahid, hukum berpuasa di hari maulid Nabi adalah makruh.
Kemakruhan pengamalannya bahkan disetarakan dengan pengamalan puasa pada dua hari raya.
“Juga berpuasa di hari maulid Nabi karena hari Maulid hampir sama seperti hari id atau hari besar lainnya,” demikian keterangan dalam buku tersebut.
Jumhur ulama mendefinisikan makruh sebagai hukum taklif berupa larangan terhadap suatu perbuatan tetapi tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut atau yang disebut dengan larangan karahah.
Meski demikian, pelakunya mendapat pahala jika ia meninggalkannya karena melaksanakan perintah, dan orang yang melakukannya tidak mendapat hukuman.
Hal serupa diyakini Mantan Ketua Komite Fatwa Al Azhar Syekh ‘Atiyyah Saqr melalui lamannya. Menurutnya, tidak ada ibadah khusus yang dilakukan pada hari Maulid Nabi.
Sebaliknya, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari senin setiap bulannya. Bukan terkhusus pada bulan lahirnya saja.
Tidak hanya Senin, riwayat hadist juga menjelaskan Rasulullah SAW mengamalkan puasa pada hari Kamis setiap bulannya. Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW menantikan dua hari tersebut untuk berpuasa.
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR Tirmidzi)
Pengalaman Puasa pada Maulid Nabi
Maulid Nabi 12 Rabiul Awal pada tahun ini bertepatan dengan Senin, 16 September 2024. Meski tidak ada penganjuran puasa khusus pada hari Maulid Nabi, muslim bisa meniatkan puasa sunnah besok untuk puasa Senin yang dirangkai pada Kamis sesuai anjuran Rasulullah SAW.
Niat puasa Senin Kamis bisa diamalkan mulai dari malam hari sebelum berpuasa.
Pendapat ini didasarkan dari Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dalam kita Minhajul Muslim terjemahan Musthofa Aini, Amir Hamzah dan Kholif Mutaqin.
Meski demikian, niat puasa ini juga masih bisa diamalkan setelah fajar atau terbitnya matahari selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Hal ini dilandasi dari hadist Aisyah RA.
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاء ؟ فقُالْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنيِّ إِذاً صَائِم
Artinya: “Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, ‘Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)? Aku menjawab, ‘Tidak ada,’ Beliau berkata, ‘Maka sesungguhnya aku puasa’.” (HR Muslim)
Niat Puasa Senin Kamis di Bulan Maulid
Pelaksanaan puasa Senin Kamis perlu didahului dengan bacaan niat. Berikut bacaan niatnya.
Niat Puasa Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Niat Puasa Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal khomiisi sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala.”