Jakarta, Virenial – Bagi anda yang sedang mencari ulasan mengenai Akulturasi, tenang saja karena di dalam artikel kali ini kami sudah menyediakan pembahasannya untuk anda semuanya.
Di sekitar kita, ada berbagai macam kebudayaan yang memang sudah berasal dari dua budaya atau lebih yang berbeda-beda.
Walaupun sudah bercampur, namun masih saja terdapat unsur asli yang tidak akan pernah dihilangkan, hal tersebut disebut juga dengan Akulturasi.
Akulturasi kebudayaan merupakan sebuah perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda-beda.
Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi antara kelompok masyarkat yang memang sudah memiliki kebudayaan tertentu dengan kelompok masyrakat yang lainnya.
Proses akulturasi ini tidak akan menyebabkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kelompok masyarakat.
Dimana kebudayaan asli masih bisa dilihat ciri-cirinya, dan juga masih bisa dibedakan dan dianalisis apabila dibandingkan dengan kebudayaan dari luar.
Untuk informasi yang lebih jelasnya, anda bisa langsung saja simak ulasan mengenai Akulturasi yang memang sudah ada di bawah ini sampai selesai.
Apa Itu Akulturasi?
Akulturasi berasal dari bahasa Latin Acculturate yang memiliki arti ‘ tumbuh dan berkembang bersama’.
Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sudah terdapat tiga pengertian akulturasi, yang dimana ketiganya bisa langsung dilihat secara umum, antropolohi dan juga linguistik.
Secara umum, akulturasi merupakan sebuah pencampuran antara dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.
Kemudian, jika dilihat secara antropologi, akulturasi ini merupakan sebuah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagaian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu dan sebagian lagi berusaha untuk menolak pengaruh tersebut.
Sementara dari segi linguistik, akultutasi merupakan sebuah proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa di antara anggota dua masyarkat bahasa, yang ditandai dengan peminjaman atau bilingualisme.
Selain itu, terdapat juga beberapa ahli yang menyampaikan definisi dari akulturasi budaya ini.
Menurut antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, akulturasi merupakan sebuah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan terlalu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun akan diterima dan diolah kembali tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari budaya itu sendiri.
Sementara itu, sosiolog Amerika, Arnold M. Rose mendefinisikan akulturasi sebagai ‘ the adoption by a person or group of the culture of another social group’ yang artinya adalah ‘ adopsi oleh seseorang atau kelompok budaya dari kelompok sosial yang lain’.
Maka, sudah bisa disimpulkan bahwasanya akulturasi merupakan sebuah perpaduan antar budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa harus menghilangkan unsur-unsur asli di dalam budaya tersebut.
Biasanya, akulturasi kebudayaan terjadi karena unsur budaya yang baru dinilai memberikan manfaat bagi kehidupan suatu masyrakat.
Yang mana, proses satu ini bisa mencangkup berbagai macam aspek kehidupan seperti bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi dan juga kesenian.
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang dimana bentuknya bermacam-macam, misalnya pada seluruh lapisan masyarakat, sebagaian atau bahkan antar individu dari dua kelompok yang berbeda.
Terdapat sejumlah faktor pendorong terjadinya akulturasi, diantaranya sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai, toleransi terhdap kebudayaan lain, sistem terbuka di masyarakat, penduduk yang heterogen, adanya orientasi ke depan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sudah terdapat berbagai macam contoh akulturasi yang bisa ditemukan di Indonesia, misalnya seni wayang yang merupakan perpaduan kesenian Jawa dengan cerita dari Indona seperti Mahabharata.
Atau mungkin budaya campuran adat betawi dan juga cina yang menjadi suatu kesenian seperti tari Cokek atau Lenong.
Contoh yang selanjutnya adalah Masjid menara Kudus yang mempunyai arsitektur kebudayaan Hindu dan Jawa atau berbagai macam bangunan peribadatan yang lainnya.
Faktor Pendorong Akulturasi
Masyarakat sosiologi mengenal konsep bahwasanya di dunia ini tidak ada sesuatu yang abadi, hal tersebut membuktikan bahwasanya sesatu yang berhubungan dengan manusia dan budaya tidak akan pernah berhenti untuk bergerak.
Perubahan akan selalu terjadi, dimana masyrakat yang terbuka dengan adanya perubahan akan bertahan.
Konsep perubahan tersebut berwujud konsep perubahan sosial, dimana Akulturasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang sangat mudah untuk ditemukan di sekitaran anda.
Sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu dan sebagian lagi berusaha untuk menolak pengaruh itu.
Kesimpulannya, akulturasi lahir dari hasil interaksi manusia yang beripa pertemuan antar kebudayaan yang bersinggungan secara perlahan menjadi bentuk budaya yang baru.
Perubahan teknologi dan informasi yang sangat cepat menyumbang pengaruh besar pada perubahan yang terjadi di masyarakat.
Informasi yang dimuat pada sosial media, media massa, podcast, televisi, radio dan yang lain sebagainya turut mempercepat perubahan bagi orang-orang yang mengonsumsi konten tersebut.
Memang, tidak bisa dipungkiri bahwasanya informasi yang sudah tersaji di sosial media dan konten-konten dari gawai membawa unsur kebudayaan tertentu.
Pada saat informasi itu berhasil diterima dan dipahami oleh seseorang, maka secara tidak langsung unsur kebudayaannya bisa mempengaruhi individu ataupun kelompok.
Perubahan budaya yang terjadi pada suatu masyarakat bisa menjadi hal yang positif dan juga bisa menjadi suatu hal yang negatif.
Dimana, hal tersebut yang memang harus di perhatikan oleh setiap anggota masyarakat untuk bisa bijak dalam menghadapi budaya yang akan datang.
Akulturasi terjadi karena pencampuran budaya asing dengan budaya sendiri, beberapa bidang yang paling sering terjadi akulturasi adalah kuliner, gaya berpakaian, arsitektur sebuah gedung, dan yang lain sebagainya.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwasanya proses akulturasi sangatlah pelan, dimana Akulturasi membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa menghasilkan budaya baru di masyarakat.
Seperti yang sudah anda ketahui sendiri, apabila proses akulturasi tidak bisa dilepaskan dari budaya asing atau budaya daru luar masyarakat, nantinya budaya asing yang masuk ke dalam lingkungan masyarkat tidak akan bisa langsung diterima.
Faktor masyrakat sangat mempengaruhi di terima atau tidaknya sebuah budaya di dalam lingkungan masyarakat.
Alhasil, tidak semua pencampuran budaya bisa menjadi perubahan sosial, hal itulah yang akan membuat proses akulturasi membutuhkan waktu dan juga proses.
Akulturasi budaya terjadi secara perlahan dan membutuhkan waktu yang lumayan lama seperti yang sudah kami katakan sebelumnya.
Namun disini terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi pendorong akulturasi itu sendiri yang harus anda ketahui.
Setelah anda mengetahui arti Akulturasi, selanjutnya anda bisa simak beberapa faktor pendorong dari terjadinya Akulturasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan yang Maju
Salah satu faktor pendorong utama akulturasi adalah pendidikan yang maju, dimana pendidikan yang maju bisa membuka wawasan masyarakat mengenai budaya-budaya yang ada diluar budaya mereka pada saat ini.
Pengenalan kepada budaya-budaya asing akan berakibat pada imajinasi memajukan peradaban untuk menjadi lebih kuat lagi dalam menghadapi perkembangan zaman.
Bukan hanya itu saja, pendidikan juga bisa menjadikan masyarkat jauh lebih memahami dampak sosial dari budaya yang datang dari luar ataupun budaya yang memang sudah ada di dalam masyarakat.
2. Sikap dan Perilaku Saling Menghargai Budaya
Dalam upaya menciptakan hubungan yang baik dengan budaya yang lainnya, masyarakat harus mempunyai sikap dan juga perilaku yang saling menghargai terhadap budaya lain.
Sikap dan perilaku menghargai budaya sudah tidak bisa dipungkiri lagi karena menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akulturasi budaya.
Masyarakat yang tidak mempunyai sikap dan perilaku budaya akan sangat sulit untuk dipengaruhi oleh budaya dari luar mereka.
Hal tersebut bisa mengakibatkan rasa benci atau tidak suka antara budaya, sehingga tidak akan bisa terwujud akulturasi budaya yang diinginkan.
3. Toleransi Terhadap Budaya Lain
Setiap masyarakat dilahirkan dari sebuah latar belakang budaya yang berbeda-beda, ditengah situasi tersebut toleransi budaya mempunyai peran yang penting untuk melahirkan akulturasi.
Sikap toleransi itulah yang membuat pertemuan dan juga pencampuran budaya menjadi jauh lebih mudah dan lancar.
Hal itu dikarenakan toleransi sudah berhasil menciptakan masyarakat yang terbuka, tanpa adanya rasa takut kehilangan ciri khas dari budayanya sendiri.
4. Adanya Masyarakat Heterogen
Faktor pendorong tercepat dari terjadinya Akulturasi ini adalah masyarakat yang heterogen, dimana Masyarakat heterogen bisa mempertemukan budaya yang berbeda-beda.
Tentu saja hal tersebut akan membantu memudahkan individu yang satu dengan individu yang lainnya untuk belajat berbagai macam budaya.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Masa depan merupakan hal yang pasti akan dihadapi oleh masyarakat, maka dari itulah masyarakat yang mempunyai orientasi masa depan akan terbiasa dengan rencana dan kesiapan, sehingga akan mendorong masyarakat untuk selalu terbuka terhadap perkembangan budaya-budaya di luar mereka.
Kelima dari faktor tersebut merupakan faktor yang mendorong akulturasi budaya secara internal ini.
Faktor Eksternal Akulturasi Budaya
Selain faktor internal, di bawah ini kami sudah menyediakan beberapa faktor eksternal yang bisa mendorong terjadinya akulturasi budaya.
Faktor eksternal ini biasanya terjadi dari luar kelompok ataupun individu, sehingga mereka harus melakukan akulturasi budaya.
Selanjutnya anda bisa simak faktor eksternal dari akulturasi yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan dan Fenomena Alam
Faktor eksternal pendorong terjadinya akulurasi budaya salah satunya adalah dengan adanya perubahan dan juga fenomena alam seperti gempa bumi, banjir dan yang lain sebagainya.
Beberapa fenomena alam mengharuskan masyarakat sekitarannya untuk pindah dikarenakan daerah mereka sudah tidak bisa lagi dijadikan sebagai tempat tinggal.
Hal itu memaksakan masyarakat untuk pergi dan melakukan akulturasi budaya ke tempat tinggalnya yang baru.
2. Pengaruh Budaya Luar Melalui Proses Difusi atau Penyebaran
Masyarakat yang tidak mempunyai pendidikan yang maju cukup lambat untuk bisa memahami budaya-budaya yang ada dari luar.
Alhasil, dengana danya orang-orang yang berkelana dan menyebarkan budaya akan sangat mendukung akulturasi ini terjadi.
3. Konflik Internasional
Perang bisa menjadi pendorong akulturasi, apabila masyarakat mempunyai perasaan yang sama sebagai korban dari perang.
Faktor Penghambat Akulturasi
Selain faktor pendorong, terdapat juga faktor penghambat, karena tidak semua daerah atau masyarakat bisa menjalani akulturasi budaya ini, sehingga budaya mereka masih terlihat asli.
Inilah dia beberapa faktor penghambat Akulturasi:
1. Ilmu Pengetahuan yang Bergerak Melambat
Ilmu pengetahuan yang bergerak dengan lambat secara signifikan akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Dimana ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tidak berkembang akan menghasilkan budaya yang stagnan.
Hal ini tentunya akan sangat menghambat akulturasi dikarenakan masyarakat sebagai pelaku budaya tidak mempunyai wawasan dan pengetahuan yang cukup terkait dengan budaya-budaya di luar mereka.
2. Sikap Masyarakat yang Tradisional
Masyarakat tradisional akan selalu meemgang teguh budayanya dan beranggapan bahwasanya datangnya budaya asing atau dari luar mereka bisa mengancam keberlangsungan budaya aslinya.
Alhasil, masyarakat tradisional sangat sulit untuk menerima budaya asing, dimana masyrakat tradisional cenderung akan menutup diri dari budaya asing atau budaya baru akan merasa budaya mereka yang paling unggul.
3. Hal-Hal Baru Dianggap Buruk
Akulturasi budaya tidak akan pernah terjadi apabila masyarakat menganggap segala hal yang baru itu buruk.
Hal-hak yang baru berarti perubahan, seseorang atau masyarakat yang sulit untuk menerima budaya baru akan menjadi penghambat perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga akulturasi tidak akan pernah bisa tercipta.
4. Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan yang memang sudah tertanam sejak kecil merupakan salah satu faktor penghambat akulturasi.
Alhasil pada saat masyarakat menemui budaya baru akan dianggap sebagai hal yang asing, biasanya masyarakat mempunyai adat atau kebiadaan yang kuat akan sangat sulit untuk menerima budaya baru.
Contoh Akulturasi
Contoh akulturasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebetulnya sangat mudah sekali untuk bisa ditemukan.
Karena. keragaman etnis, entisitas budaya, agama, dan juga suku bangsa yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Inilah contoh dari Akulturasi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
- Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Barat : Masjid Langgar Tinggi merupakan hasil dari Akulturasi budaya Tionghoa dan juga Jawa.
- Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran, Yogyakarta : Gereha Hati Kudus Yeses Pugeran merupakan salah satu hasil Akulturasi budaya arsitektur tradisional Jawa dan Eropa.
- Kesenian Teater Cekepung : Kesenian teater cekepung adalah hasil akulturasi budaya Jawa, Bali dan Lombok, dimana kesenian tersebut biasanya dipentaskan di Bali.
- Kesenian Gambang Semarang : Kesenian gambang semarang adalah hasil dari Akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.
- Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat : Pelabuhan Ratu Sukabumi merupakan hasil Akulturasi budaya masyarakat Bugis dan Sunda yang berada di Sukabumi, Jawa Barat.
- Bakpao : Bakpao merupakan makanan asli dari Indonesia, ternyata bakpao ini merupakan hasil dari akulturaso budaya Tionghoa dan Indonesia di kuliner atau makanan.
- Kecap Manis : Kecap manis yang selama ini anda gunakan sebagai topping makanan juga merupakan hasil dari akulturasi budaya Eropa, Tionghoa dan juga Indonesia.
- Kue Lapis Legit (di era kolonial Belanda disebut spekkoek) : Kue lapis legit merupakan salah satu makanan tradisional masyarakat Indonesia, ternyata kue lapis legit merupakan hasil dari akulturasi budaya Belanda dan Indonesia.
- Soto : Berbagai macam soto yang ada di Indonesia merupakan hasil dari akulturasi budaya Tinghoa dan daerah-daerah Indonesia seperti Jawa, Makassar dan Medan.
- Pie Susu : Pie susu yang biasanya dijadikan sebagai oleh-oleh wisatawan dari Bali ternyata merupakan hasil dari Akulturasi budaya Eropa (Inggris dan Portugis), Tionghoa (Hongkong) dan Indonesia (Bali).
Itulah dia semua pembahasan mengenai Akulturasi yang bisa kami bagikan kepada anda semuanya dalam artikel kali ini.
Dengan menyimak sampai akhir penjelasan di atas, kini anda sudah tidak akan kebingungan lagi apa itu akulturasi dan penjelasannya seputarnya, karena kami sudah meringkasnya untuk anda.
Usai sudah segala macam uraian yang ada di dalam artikel kali ini yang bisa kami bagikan kepada anda semuanya, cukup sekian dan terimakasih atas waktu yang sudah anda luangkan.