Jakarta, Virenial.com – Pada hari Selasa tanggal 25 Maret 2025, Indonesia melanjutkan pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Bahrain. Pertandingan ini berlangsung di Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno.
Berdasarkan jalannya pertandingan ini, kami ingin memberikan opini terhadap beberapa hal yang terjadi dalam pertandingan tersebut.
Hal-hal yang akan kami berikan pendapat yaitu beberapa topik sebagai berikut.
Formasi yang Digunakan
Melihat kembali pertandingan sebelumnya antara Australia vs Indonesia tanggal 20 Maret 2025, Indonesia saat itu menggunakan formasi 4-3-3.
Sedangkan pada pertandingan melawan Bahrain, Indonesia menggunakan formasi 5-2-3.
Formasi 5-3-2 ini mengingatkan kita kembali pada formasi pakem yang digunakan timnas Indonesia saat masih dilatih oleh Shin Tae-yong (STY).
Namun kami melihat ada perbedaan dalam skema permainan yang berbeda walaupun dengan formasi yang sama saat ini.
Kami akan membahas perbedaan skema permainan pada bagian di bawah ini.
Skema atau Taktik Permainan
Seperti yang kami katakan sebelumnya, walaupun dengan formasi yang sama yaitu 5-3-2, namun cara bermain atau taktik ada perbedaan antara era STY dengan era Patrick Kluivert.
Berikut beberapa hal yang kami anggap sebagai perbedaannya:
1. Wing Back lebih aktif dalam penyerangan maupun bertahan
Pada pertandingan melawan Bahrain, kita bisa melihat calvin verdonk dan Kevin Diks lebih sering maju ke area pertahanan lawan. Namun saat bertahan mereka berdua juga disiplin untuk ikut mengamankan gawang Indonesia.
Berbeda ketika di era STY, posisi wing back lebih banyak bertahan dibandingkan ikut membantu penyerangan.
2. Munculnya Sosok Gelandang Bertahan Murni yang Bermain Sangat Baik
Pada laga melawan Bahrain ini, skuat timnas kembali diisi oleh pemain debutan yaitu Joey Pelupessy.
Melihat cara bermain Joey Pelupessy selama pertandingan ini, kami merasa akhirnya salah satu puzzle sepertinya telah ditemukan untuk posisi gelandang bertahan.
Cara bermain dan penempatan posisi dari Joey Pelupessy sangat identik dengan gelandang bertahan murni.
Joey Pelupessy membantu center back dan juga menjadi benteng di tengah bawah untuk menahan serangan lawan.
Joe juga tampak selalui disiplin menjaga posisi dan perannya di posisi gelandang bertahan.
Semoga Joey Pelupessy terus dapat bermain konsisten saat membela timnas Indonesia di pertandingan-pertandingan selanjutnya.
Bila dibandingkan dengan era STY, timnas Indonesia tidak menggunakan gelandang bertahan murni, kami melihatnya STY menggunakan taktik gelandang tengah atau CMF yang diharuskan ikut bertahan dan ikut menyerang.
Menutur kami, 2 orang yang diplot sebai gelandang tengah di era STY akan sangat kewalahan karena memiliki role yang terlalu luas.
Sedangkan di era Kluivert, Joe Pelupessy langsung di kunci posisinya sebagai DMF atau gelandang bertahan saja sehingga kami merasa ini yang membuat penampilannya menjadi solid karena memiliki role yang jelas.
3. Pola Penyerangan
Ketika era STY, dapat kita lihat bahwa pola penyerangan timnas indonesia lebih sering menggunakan taktik ball possession di daerah pertahanan lawan.
Tentunya hal ini rawan counter attack dan juga akan kesulitan mendapatkan ruang tembak karena pemain lawan sudah berkumpul di area bertahannya.
Sedangkan di era Kluivert, Timnas kebanyakan menggunakan ball possession di area bertahan dan area tengah yang kemudian langsung memberikan umpan lambung ataupun umpan terobosan kepada pemain depan.
Dengan taktik ini, timnas akan terhindar dari resiko counter attack atau serangan balik. Selain itu juga serangan timnas akan lebih memiliki chance karena pemain depan hanya akan berduel dengan pemain bertahan lawan.
Selain itu, dengan adanya Ole Romeny saat ini di Timnas Indonesia, sepertinya Puzzle sosok striker yang kita butuhkan akhirnya sudah kita dapatkan.
Opini Kelemahan atau Kekurangan Timnas Indonesia VS Bahrain
Di babak pertama, kami melihat timnas indonesia bermain solid dan sangat baik di semua lini.
Namun di babak kedua, entah mungkin ada taktik atau instruksi yang berubah, membuat permainan indonesia terlihat seperti tidak solid antar lini.
Posisi Joey Pelupessy tidak lagi menjadi gelandang bertahan murni tapi menjadi gelandang tengah seperti yang ada di era STY. Perubahan ini membuat lini pertahanan menjadi kurang kuat dan rentan terhadap serangan yang menusuk dari lapangan tengah.
Terbukti dari beberapa peluang Bahrain di babak kedua yang hampir menjadi gol.
Pada pertandingan ini kami juga menyoroti penampilan Calvin Verdonk yang tidak selugas dan sebaik sebelum-sebelumnya.
Calvin Verdonk seringkali tidak dapat menahan serangan yang datang di sisi kiri pertahanan timnas.
Entah mungkin saja Calvin sedang under perform atau ada masalah taktikal. Namun pastinya kami menganggap penampilan Verdonk di pertandingan ini tidak seperti biasanya.
Dua hal ini yaitu berubahnya role Joey Pelupessy dan Calvin Verdonk yang under perform membuat penampilan timnas Indonesia di babak kedua seperti turun jauh dibandingkan dengan babak pertama sehingga di babak kedua Bahrain bisa banyak menguasai pertandingan dan membuat peluang gol.
Namun dengan berbagai kondisi tersebut, untungnya dewi fortuna masih berpihak pada Timnas Indonesia dimana skor akhir pertandingan tetap bertahan 1-0 untuk kemenangan Timnas Indonesia.
*Tulisan ini hanyalah opini, jika ada perbedaan pendapat tentu adalah hal yang wajar terjadi.